SINTANG – Dinas Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KBP3A) Kabupaten Sintang menggelar Rapat Koordinasi Tim Pencegahan dan Percepatan Penurunan Stunting (TP3S) di Pendopo Bupati Sintang, Selasa (12/8/2025).
Rapat yang dibuka oleh Wakil Bupati Sintang Florensius Ronny, selaku Ketua TP3S, dihadiri oleh perwakilan instansi pemerintah, BKKBN, Dinas Kesehatan, camat, serta berbagai pemangku kepentingan lainnya. Pertemuan ini menjadi wadah untuk menyatukan langkah strategis seluruh pihak dalam menurunkan angka stunting di Kabupaten Sintang.
Kepala Dinas KBP3A Sintang, Maryadi, menjelaskan bahwa pemerintah pusat telah mengubah kebijakan penentuan desa lokus penurunan stunting. Jika sebelumnya hanya desa tertentu yang menjadi lokus, kini seluruh desa di Kabupaten Sintang ditetapkan sebagai lokus.
“Naiknya angka stunting menjadi 31 persen bukan berarti kita tidak bekerja tahun lalu. Berdasarkan data Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat, angka kita sebenarnya turun 2 persen. Tetapi menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angkanya naik-turun. Pernah terendah di Kalbar, namun pada 2024 naik menjadi 31 persen. Secara logis, naik turunnya itu wajar sekitar 2 persen,” ujar Maryadi.
Ia juga memaparkan bahwa pemerintah pusat merampingkan aksi konvergensi dari 8 aksi dengan 64 indikator menjadi 4 aksi utama dan 2 aksi pendukung dengan 31 indikator. Perubahan ini menuntut strategi baru yang lebih fokus dan efektif.
“Rakor ini kita lakukan agar semua pihak memiliki langkah yang sama, bekerja bersama untuk menurunkan stunting,” tegasnya.
Kepala Perwakilan BKKBN Kalimantan Barat, Nuryamin, menambahkan bahwa semua kabupaten/kota di Kalbar mengalami kenaikan angka stunting, termasuk Pontianak. Ia menilai perbaikan gizi dan sanitasi adalah kunci penurunan stunting, mengingat di Kalbar masih terdapat sekitar 15 ribu jamban tidak sehat dan distribusi air bersih yang belum merata.
Sementara itu, Purwitasari, Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kalbar, mengingatkan agar perbedaan data antara SSGI dan Sustainable Development Goals (SDGs) Terpadu tidak membuat tim patah semangat. Menurutnya, SDGs Terpadu memberikan data yang lebih akurat karena berbasis by name by address.
“Balita harus diberi makanan tinggi karbohidrat, protein hewani, dan lemak. Sayur cukup sebagai pelengkap. Jangan terbalik, karena gizi seimbang itu kunci,” pesannya.
Rapat koordinasi ini meneguhkan komitmen bersama untuk mengoptimalkan program penurunan stunting di Sintang, dengan pendekatan lintas sektor, perbaikan gizi, sanitasi, serta edukasi keluarga demi terwujudnya generasi yang sehat dan berkualitas.
Sumber: Rilis Diskominfo Sintang

